Wijaya Kusuma Kembang Keabadian Simbol Cilacap ~ Rasanya belum afdol kalau orang Cilacap tidak tahu soal kisah legenda Kembang Wijaya Kusuma yang sangat terkenal di seantero nusantara itu.
Kembang Wijaya Kusuma adalah cerita legenda terkenal yang berasal dari Cilacap. Terdapat beberapa versi mengenai cerita-cerita tentang Kembang Wijaya Kusuma ini. Salah satu versinya disusun oleh Daniel Agus Maryanto. Urutan cerita legenda mengenai Kembang Wijaya Kusuma sebagai berikut.
Orang-orang pada zaman dahulu percaya bahwa ada sebuah Kembang atau bunga yang langka. Bunga langka ini tidak pernah layu sepanjang musim. Bunga yang bisa mengobati berbagai penyakit dan bahkan konon yang dipercaya orang-orang, bunga langka in bisa menghidupkan orang mati. Bunga Langka ini berasal dari benang sari Bunga Wijaya Kusuma milik dewa Wisnu dikayangan. Bunga ini jatuh dan tumbuh didunia. Bunga Wijaya Kusuma ini yang sebagian besar dicari oleh orang-orang sebagai jimat agar pemiliknya bisa hidup abadi.
Suatu hari seorang raja dari tanah jawa bermimpi hidup selamanya karena menemukan bunga Wijaya Kusuma yang tumbuh di sebuah pulau karang di laut selatan. Senangnya sang raja saat terbangun, bermimpi tak bisa mati dan menceritakan mimpinya itu ke permaisuri. Sang raja percaya bahwa mimpinya itu dalah sebuah petunjuk untuknya.
Esok harinya sang raja memerintahkan semua punggawa kepercayaannya pergi memetik bunga tersebut di laut selatan yang disebut Pulau Karang Bodong.
Saat itu penasehat istana memberitahu sang raja bahwa bunga itu tidak bisa sembarang dipetik, memetiknya harus diwaktu yang tepat yaitu ketika cuaca di langit sedang cerah dan laut selatan sedang tenang.
Raja bergegas memerintahkan punggawa-punggawanya untuk segera pergi sebelum ada orang yang mendahuluinya.
Serombongan punggawa berangkat bersama rasa was-was. Mereka hawatir dibayangi rasa takut mendengar perkataan petugas istana. Petugas istana pernah berkata siapapun yang melanggar tidak akan mendapatkan panjang umur, melainkan malapetaka.
Sesampainya di laut selatan, melihat ombak laut yang begitu besar, begitu tinggi setinggi bukit. Pulau tujuannya yaitu Karang Bodong yang ada di tengah-tengah samudera itu pun kadang tidak terlihat tertutupi oleh ombak yang begitu tinggi. Perasaan mereka semakin resah, rasa yang tadinya takut menjadi lebih takut.
Melihat ombak yang tinggi, para Punggawa merasa putus asa bisa sampai di pulau itu. Seorang nelayan sendirian duduk termenung sambil memandangi laut yang bergelora. Dihampirilah nelayan itu dan mereka bertanya tentang kegelisahan yang di renungkan si nelayan seorang diri, dan bertanya apa yang telah terjadi dengan nelayan yang lain. Nelayan itu hanya menjawab bahwa dia merenung karena menjadi nelayan yang tak berguna, dia nelayan tapi tidak memiliki perahu.
Para punggawa yang tadinya merasa putus asa, kini mereka berseri-seri. Mereka memanfaatkan si nelayan yang gundah gulana karena nasibnya. Para punggawa menyuruh nelayan mengambil bunga Wijaya Kusuma itu dengan hadiah yang begitu besar, termasuk kapal yang di idam-idamkan si nelayan. Melihat cuaca yang tidak bersahabat, si nelayan juga merasa tidak percaya diri.
Namun, melihat hadiah yang begitu menggiurkan akhirnya si nelayan memberanikan diri berangkat dengan perahu saudaranya menempuh tingginya ombak. Dengan susah payah, tekat dan keberaniannya akhirnya si nelayan sampai di pulai Karang Bodong dan segera mendaki tebing untuk memetik bunga Wijaya Kusuma tersebut.
Setelah memetiknya, ternyata bukan hanya sang raja saja yang menginginkan bunga Wijaya Kusuma, bunga langka itu. Nelayan dikelilingi wajah-wajah seram, setan-setan yang juga mencari keabadian dari bunga Wijaya Kusuma. Si nelayan berlari sekencang-kencangnya ke perahu dengan mempertahankan bunga langka itu.
Namun, sayang sekali ganasnya ombak membuat perahunya sudah berkeping-keping. Rasa takut si nelayan muncul lagi, hawatir dengan nasibnya. Ketika para setan semakin dekat, tidak ada jalan lagi selain melompat ke laut daripada dibunuh oleh para setan tersebut. Dengan segenap tenaga dan tekat yang kuat si nelayan menceburkan diri ke laut, tubuhnya tergulung ombak yang ganas. Jiwa nelayan yang begitu kuat ternyata membuat si nelayan bangkit lagi dan meraih papan dari pecahan perahunya.
Sinelayan pun tiba di tepi pantai dengan keadaan sekarat. Para punggawa mengambil Bunga Wijaya Kusuma dan meninggalkan tubuh nelayan yang sekarat itu begitu saja. Sungguh perbuatan yang tidak bertanggung jawab oleh para punggawa utusan raja itu. Kembang Wijaya Kusuma diberikan kepada sang raja.
Namun, seperti yang pernah dikatakan oleh petugas istana, bukan keabadian yang di dapatkan melainkan malapetaka. Para punggawa yang diutus tadi satu demi satu mati tanpa sebab yang pasti. Sang raja yang mendambakan keabadian, yang menyuruh para punggawa itu menjadi gila dan meninggalkan istana.
Si nelayan tadinya membenci para punggawa yang sudah membohinganya itu akhirnya bersyukur, meskipun tidak mendapatkan hadiah sepeserpun setidaknya masih selamat dari kejadian itu. Kembang Wijaya Kusuma menghilang begitu saja secara ghaib, kembali kepada para dewa.
Terlepas dari Legenda, Bunga wijaya kusuma merupakan salah satu kaktus yang bunganya mekar di malam hari, dan akan layu sebelum pagi harinya. Itulah alasan bagi banyak orang untuk menyebutnya kembang ratu malam. Bunga ini ternyata tidak hanya beraroma harum saja, tapi juga kaya akan manfaat kesehatan sehingga berkhasiat untuk mengobati sejumlah penyakit dan keluhan medis lainnya. 6 Manfaat Bunga Wijaya Kusuma Yang Melegenda Kembang wijaya kusuma (Epiphyllum oxypetalum) digolongkan ke dalam keluarga cactaceae. Bunganya berwarna merah atau putih, dengan buah yang sekilas tidak jauh berbeda daripada buah naga. Bedanya ukuran buahnya lebih kecil. Permukaan daunnya halus dan tidak berduri, berbeda dari kaktus lainnya. Dalam bahasa Inggris, kaktus ini sering juga disebut midnight flower. Daun tua pada akhirnya menjadi keras dan menyusut, hingga membentuk batang tanaman. Bunga yang tumbuh dari ketiak daun, hanya mekar selama beberapa jam. Mekar sempurna biasanya terjadi pada jam 12 malam. Kembang ini memiliki tangkai lentur berwarna putih, dengan buah yang warnanya merah dan biji berwarna hitam. Bunga wijaya kusuma mengandung asam sitrat dan zat penting lainnya. Rasanya manis dan netral, serta memiliki efek farmakologis seperti anti-inflamasi, mukolitik, dan hemostatis. Batang tanaman mempunyai rasa masam, asin, dan bersifat menyejukkan, Serta Bermanfaat Untuk kesehatan.
Beberapa manfaaf Bunga Wijayakusua Yang melegenda Diantaranya.Bunga Wijaya kusuma bisa digunakan untuk mengatasi beberapa macam penyakit, seperti :
- TB paru dengan batuk dan dahak berdarah
- Sesak napas (asma)
- Radang tenggorok (faringitis)
- Nyeri lambung (gastritis)
- Muntah darah.
- Pendarahan rahim (uterine bleeding).
- Obat Diabetes melitus
Cara Pemakaian :
Untuk obat yang diminum, rebus bunga wijayakusuma sebanyak 10 – 20 gram (3 – 5 kuntum), lalu minum airnya. Untuk pemakaian luar, giling batang segar sampai halus, lalu turapkan ke tempat yang sakit, seperti bisul dan luka berdarah, dan balut.
Contoh Pemakaian
TB paru dengan batuk dan dahak berdarah. Rebus bunga wijayakusuma segar (3-5 kuntum), dengan tiga gelas air sampai tarsisa satu gelas. Tambahkan gula aren (15g). Setelah dingin, saring dan minum airnya sehari dua kali, masing-masing setengah gelas. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Pendarahan Rahim. Bersihkan bunga wijakusuma segar (2-3 kuntum) dan daging tanpa lemak (50g), lalu potong-potong seperlunya. Masukkan ke dalam mangkuk, tambahkan air sampai semua bahan terendam, lalu tim. Setelah dingin, minum airnya. Isinya dimakan. Lakukan sehari dua kali, masing-masing separuhnya.
Sesak Napas. Cuci bunga wijayakusuma segar (3-5 kunum), lalu potong-potong seperlunya. Masukkan ke dalam mangkuk, tambahkan gula batu dan air sampai permukaannya terendam seluruhnya, lalu tim. Setelah dingin, saring dan minum airnya seharidua kali, masing-masing separuhnya.
.
Sumberterkait : https://id.wikipedia.org
Sumberterkait : http://tanaman–herbal.blogspot.co.id/2014/10/manfaat-dan-khasiat-bunga-wijaya-kusuma.html
Sumberterkait : http://fokuscilacap.com/kisah-legenda-kembang-wijaya-kusuma